teknik elektro
Selasa, 20 Desember 2011
Sabtu, 26 November 2011
Membuat adaptor yang baik
Membuat adaptor yang baik
Adaptor adalah rangkaian terpenting dari barang-barang elektronik, tanpa adaptor rangkaian elektronik tak akan bisa bekerja, karena adaptor adalah nyawa dari semua komponen elektronik.
Perangkat elektronik harus didukung oleh arus searah persediaan DC ( arus searah ) yang stabil agar dapat bekerja dengan baik . Itu baterai atau baterai adalah sumber catu daya DC yang terbaik . Tapi untuk aplikasi yang membutuhkan catu daya lebih besar , sumber baterai tidak cukup . Sumber pasokan listrik adalah sumber bolak AC ( alternating current) dari pembangkit listrik. Hal ini memerlukan perangkat catu daya yang dapat mengubah arus AC ke DC .
Rangkaian Power Supplay
Sekarang tidak perlu upaya lain untuk membuat pwer supplay yang baik Anda tidak perlu mencari op -amp , transistor dan komponen lainnya , karena sirkuit ini dikemas menjadi tegangan tetap tunggal pengatur IC . Apakah sekarang secara luas diakui sebagai komponen seri 78XX tegangan tetap positif pengatur dan seri 79XX adalah tegangan pengatur tetap negatif . Bahkan komponen ini biasanya sudah dilengkapi dengan pembatas arus ( limiter berjalan) dan juga pembatas suhu ( thermal shutdown ) . Komponen ini hanya tiga pin , dan dengan menambah beberapa komponen saja bisa menjadi serangkaian peraturan power supply yang baik .
Hanya saja untuk dicatat bahwa IC pengatur sirkuit yang bisa bekerja , tegangan input harus lebih besar dari regulator tegangan output. Biasanya perbedaan tegangan Vin untuk VM yang direkomendasikan adalah pada datasheet komponen . Penggunaan heatshink ( Aluminium pendingin ) dianjurkan jika komponen ini digunakan untuk memasok arus besar. Dalam datasheet , komponen ini dapat melewati maksimum saat ini mencapai 1 A.
Catu Daya (Power Supply)
Catu Daya (Power Supply)
1. Prinsip Kerja Catu Daya Linear
Perangkat elektronika mestinya dicatu oleh suplai arus searah DC (direct current) yang stabil agar dapat bekerja dengan baik. Baterai atau accu adalah sumber catu daya DC yang paling baik. Namun untuk aplikasi yang membutuhkan catu daya lebih besar, sumber dari baterai tidak cukup. Sumber catu daya yang besar adalah sumber bolak-balik AC (alternating current) dari pembangkit tenaga listrik. Untuk itu diperlukan suatu perangkat catu daya yang dapat mengubah arus AC menjadi DC. Pada tulisan kali ini disajikan prinsip rangkaian catu daya (power supply) linier mulai dari rangkaian penyearah yang paling sederhana sampai pada catu daya yang ter-regulasi.
2. PENYEARAH (RECTIFIER)
Prinsip penyearah (rectifier) yang paling sederhana ditunjukkan pada gambar-1 berikut ini. Transformator (T1) diperlukan untuk menurunkan tegangan AC dari jala-jala listrik pada kumparan primernya menjadi tegangan AC yang lebih kecil pada kumparan sekundernya.
Pada rangkaian ini, dioda (D1) berperan hanya untuk merubah dari arus AC menjadi DC dan meneruskan tegangan positif ke beban R1. Ini yang disebut dengan penyearah setengah gelombang (half wave). Untuk mendapatkan penyearah gelombang penuh (full wave) diperlukan transformator dengan center tap (CT) seperti pada gambar-2.
Tegangan positif phasa yang pertama diteruskan oleh D1 sedangkan phasa yang berikutnya dilewatkan melalui D2 ke beban R1 dengan CT transformator sebagai common ground.. Dengan demikian beban R1 mendapat suplai tegangan gelombang penuh seperti gambar di atas. Untuk beberapa aplikasi seperti misalnya untuk men-catu motor dc yang kecil atau lampu pijar dc, bentuk tegangan seperti ini sudah cukup memadai. Walaupun terlihat di sini tegangan ripple dari kedua rangkaian di atas masih sangat besar.
Gambar 3 adalah rangkaian penyearah setengah gelombang dengan filter kapasitor C yang paralel terhadap beban R. Ternyata dengan filter ini bentuk gelombang tegangan keluarnya bisa menjadi rata. Gambar-4 menunjukkan bentuk keluaran tegangan DC dari rangkaian penyearah setengah gelombang dengan filter kapasitor. Garis b-c kira-kira adalah garis lurus dengan kemiringan tertentu, dimana pada keadaan ini arus untuk beban R1 dicatu oleh tegangan kapasitor. Sebenarnya garis b-c bukanlah garis lurus tetapi eksponensial sesuai dengan sifat pengosongan kapasitor.
Kemiringan kurva b-c tergantung dari besar arus (I) yang mengalir ke beban R. Jika arus I = 0 (tidak ada beban) maka kurva b-c akan membentuk garis horizontal. Namun jika beban arus semakin besar, kemiringan kurva b-c akan semakin tajam. Tegangan yang keluar akan berbentuk gigi gergaji dengan tegangan ripple yang besarnya adalah :
Vr = VM -VL
dan tegangan dc ke beban adalah Vdc = VM + Vr/2
Rangkaian penyearah yang baik adalah rangkaian yang memiliki tegangan ripple (Vr) paling kecil. VL adalah tegangan discharge atau pengosongan kapasitor C, sehingga dapat ditulis :
VL = VM e -T/RC
Jika persamaan (3) disubsitusi ke rumus (1), maka diperole
Vr = VM (1 – e -T/RC)
Jika T << RC, dapat ditulis : e -T/RC 1 – T/RC
sehingga jika ini disubsitusi ke rumus (4) dapat diperoleh persamaan yang lebih sederhana :
Vr = VM(T/RC)
VM/R tidak lain adalah beban I, sehingga dengan ini terlihat hubungan antara beban arus I dan nilai kapasitor C terhadap tegangan ripple Vr. Perhitungan ini efektif untuk mendapatkan nilai tegangan ripple yang diinginkan.
Vr = I T/C
Rumus ini mengatakan, jika arus beban I semakin besar, maka tegangan ripple akan semakin besar. Sebaliknya jika kapasitansi C semakin besar, tegangan ripple akan semakin kecil. Untuk penyederhanaan biasanya dianggap T=Tp, yaitu periode satu gelombang sinus dari jala-jala listrik yang frekuensinya 50Hz atau 60Hz. Jika frekuensi jala-jala listrik 50Hz, maka T = Tp = 1/f = 1/50 = 0.02 det. Ini berlaku untuk penyearah setengah gelombang. Untuk penyearah gelombang penuh, tentu saja frekuensi gelombangnya dua kali lipat, sehingga T = 1/2 Tp = 0.01 det.
Penyearah gelombang penuh dengan filter C dapat dibuat dengan menambahkan kapasitor pada rangkaian gambar 2. Bisa juga dengan menggunakan transformator yang tanpa CT, tetapi dengan merangkai 4 dioda seperti pada gambar-5 berikut ini.
Sebagai contoh, anda mendisain rangkaian penyearah gelombang penuh dari catu jala-jala listrik 220V/50Hz untuk mensuplai beban sebesar 0.5 A. Berapa nilai kapasitor yang diperlukan sehingga rangkaian ini memiliki tegangan ripple yang tidak lebih dari 0.75 Vpp. Jika rumus (7) dibolak-balik maka diperoleh.
C = I.T/Vr = (0.5) (0.01)/0.75 = 6600 uF
Untuk kapasitor yang sebesar ini banyak tersedia tipe elco yang memiliki polaritas dan tegangan kerja maksimum tertentu. Tegangan kerja kapasitor yang digunakan harus lebih besar dari tegangan keluaran catu daya. Anda barangkali sekarang paham mengapa rangkaian audio yang anda buat mendengung, coba periksa kembali rangkaian penyearah catu daya yang anda buat, apakah tegangan ripple ini cukup mengganggu. Jika dipasaran tidak tersedia kapasitor yang demikian besar, tentu bisa dengan memparalel dua atau tiga buah kapasitor.
3. Voltage Regulator
Rangkaian penyearah sudah cukup bagus jika tegangan ripple-nya kecil, namun ada masalah stabilitas. Jika tegangan PLN naik/turun, maka tegangan outputnya juga akan naik/turun. Seperti rangkaian penyearah di atas, jika arus semakin besar ternyata tegangan dc keluarnya juga ikut turun. Untuk beberapa aplikasi perubahan tegangan ini cukup mengganggu, sehingga diperlukan komponen aktif yang dapat meregulasi tegangan keluaran ini menjadi stabil.
Regulator Voltage berfungsi sebagai filter tegangan agar sesuai dengan keinginan. Oleh karena itu biasanya dalam rangkaian power supply maka IC Regulator tegangan ini selalu dipakai untuk stabilnya outputan tegangan.
Berikut susunan kaki IC regulator tersebut.
Misalnya 7805 adalah regulator untuk mendapat tegangan +5 volt, 7812 regulator tegangan +12 volt dan seterusnya. Sedangkan seri 79XX misalnya adalah 7905 dan 7912 yang berturut-turut adalah regulator tegangan -5 dan -12 volt.
Selain dari regulator tegangan tetap ada juga IC regulator yang tegangannya dapat diatur. Prinsipnya sama dengan regulator OP-amp yang dikemas dalam satu IC misalnya LM317 untuk regulator variable positif dan LM337 untuk regulator variable negatif. Bedanya resistor R1 dan R2 ada di luar IC, sehingga tegangan keluaran dapat diatur melalui resistor eksternal tersebut.
Rangkaian regulator yang paling sederhana ditunjukkan pada gambar 6. Pada rangkaian ini, zener bekerja pada daerah breakdown, sehingga menghasilkan tegangan output yang sama dengan tegangan zener atau Vout = Vz. Namun rangkaian ini hanya bermanfaat jika arus beban tidak lebih dari 50mA.
Prinsip rangkaian catu daya yang seperti ini disebut shunt regulator, salah satu ciri khasnya adalah komponen regulator yang paralel dengan beban. Ciri lain dari shunt regulator adalah, rentan terhadap short-circuit. Perhatikan jika Vout terhubung singkat (short-circuit) maka arusnya tetap I = Vin/R1. Disamping regulator shunt, ada juga yang disebut dengan regulator seri. Prinsip utama regulator seri seperti rangkaian pada gambar 7 berikut ini. Pada rangkaian ini tegangan keluarannya adalah:
Vout = VZ + VBE
VBE adalah tegangan base-emitor dari transistor Q1 yang besarnya antara 0.2 – 0.7 volt tergantung dari jenis transistor yang digunakan. Dengan mengabaikan arus IB yang mengalir pada base transistor, dapat dihitung besar tahanan R2 yang diperlukan adalah :
R2 = (Vin – Vz)/Iz
Iz adalah arus minimum yang diperlukan oleh dioda zener untuk mencapai tegangan breakdown zener tersebut. Besar arus ini dapat diketahui dari datasheet yang besarnya lebih kurang 20 mA.
Jika diperlukan catu arus yang lebih besar, tentu perhitungan arus base IB pada rangkaian di atas tidak bisa diabaikan lagi. Dimana seperti yang diketahui, besar arus IC akan berbanding lurus terhadap arus IB atau dirumuskan dengan IC = bIB. Untuk keperluan itu, transistor Q1 yang dipakai bisa diganti dengan transistor Darlington yang biasanya memiliki nilai b yang cukup besar. Dengan transistor Darlington, arus base yang kecil bisa menghasilkan arus IC yang lebih besar.
Teknik regulasi yang lebih baik lagi adalah dengan menggunakan Op-Amp untuk men-drive transistor Q, seperti pada rangkaian gambar 8. Dioda zener disini tidak langsung memberi umpan ke transistor Q, melainkan sebagai tegangan referensi bagi Op-Amp IC1. Umpan balik pada pin negatif Op-amp adalah cuplikan dari tegangan keluar regulator, yaitu :
Vin(-) = (R2/(R1+R2)) Vout
Jika tegangan keluar Vout menaik, maka tegangan Vin(-) juga akan menaik sampai tegangan ini sama dengan tegangan referensi Vz. Demikian sebaliknya jika tegangan keluar Vout menurun, misalnya karena suplai arus ke beban meningkat, Op-amp akan menjaga kestabilan di titik referensi Vz dengan memberi arus IB ke transistor Q1. Sehingga pada setiap saat Op-amp menjaga kestabilan :
Vin(-) = Vz
Dengan mengabaikan tegangan VBE transistor Q1 dan mensubsitusi rumus (11) ke dalam rumus (10) maka diperoleh hubungan matematis :
Vout = ( (R1+R2)/R2) Vz
Pada rangkaian ini tegangan output dapat diatur dengan mengatur besar R1 dan R2.
Sekarang mestinya tidak perlu susah payah lagi mencari op-amp, transistor dan komponen lainnya untuk merealisasikan rangkaian regulator seperti di atas. Karena rangkaian semacam ini sudah dikemas menjadi satu IC regulator tegangan tetap. Saat ini sudah banyak dikenal komponen seri 78XX sebagai regulator tegangan tetap positif dan seri 79XX yang merupakan regulator untuk tegangan tetap negatif. Bahkan komponen ini biasanya sudah dilengkapi dengan pembatas arus (current limiter) dan juga pembatas suhu (thermal shutdown). Komponen ini hanya tiga pin dan dengan menambah beberapa komponen saja sudah dapat menjadi rangkaian catu daya yang ter-regulasi dengan baik.
Hanya saja perlu diketahui supaya rangkaian regulator dengan IC tersebut bisa bekerja, tegangan input harus lebih besar dari tegangan output regulatornya. Biasanya perbedaan tegangan Vin terhadap Vout yang direkomendasikan ada di dalam datasheet komponen tersebut. Pemakaian heatshink (aluminium pendingin) dianjurkan jika komponen ini dipakai untuk men-catu arus yang besar. Di dalam datasheet, komponen seperti ini maksimum bisa dilewati arus mencapai 1 A.
Selasa, 15 November 2011
Fungsi dan pengertian IC
Fungsi dan pengertian IC TTL 74LS145
1-OF-10 DECODER/DRIVER
OPEN-COLLECTOR
SN54 / 74LS145, 1-of-10 Decoder/Driver,
dirancang untuk menerima BCD
masuk dan menyediakan keluaran sesuai untuk[memandu/ mengemudi/ 10-digit bercahaya memajang. Semua keluaran tinggal batal/mulai untuk semua kondisi-kondisi masukan biner cacat.
Itu adalah yang dirancang untuk penggunaan sama indicator/relay pengarah atau seperti suatu untai nalar pengumpul terbuka
pengarah. Masing-Masing keluaran gangguan/uraian yang tinggi transistor akan karam atas bagi/kepada 80 mA
sekarang.
Pengusiran Kuasa/ tenaga khas adalah 35 mW. Alat ini secara penuh dapat dipertukarkan
dengan semua TTL keluarga-keluarga.
• Versi [Kuasa/ tenaga] Rendah 54/74145
• Masuk Batas Dioda Pengapit Kecepatan tinggi Efek Penghentian
BCD Decade Counter (IC74LS90)
Sebuah IC pembagi 74LS90 membagi keluaran osilator 555 di atas menjadi 10 kode biner 4-bit BCD yang bertambah dari0000 (0 desimal) sampai 1001 (9 desimal), pada keempat kaki-kaki keluarannya (kaki ke-12, 9, 8, dan 11) untuk setiap pergantian keadaan dari 1 ke 0 (high to low transition) padaclock dari output IC timer 555. Perhatikan diagram rangkaian berikut.
Seketika terjadi perpindahan keadaan dari logika 1 ke 0 pada pin 14(clk), keluaran IC bertambah 1. Output ini berupa counter 1-10. Untuk mendapatkan sebuah counter 1-20, output tersebut diproses lebih lanjut pada rangkaian selanjutnya.
Dual J/K Flip-Flop (IC74LS73) , Gerbang OR 2-input (74LS32) dan Decoder
BCD ke Desimal (74LS145)
Sebelum menuju ke decoder BCD-desimal (dua buah 74LS145), output BCD dari Decade Counter diumpankan ke 74LS73 JK Flip-flop dan empat gerbang OR 2-input pada IC 74LS32. Hal ini dilakukan agar saat Decade Counter mencapai hitungan kesembilan (BCD bit ke-3 dan masukan ke kaki 1 LS73 bernilai 1), terjadi pergantian penyaluran BCD bit 2 dan 3 dari IC6 ke IC5 (74LS145), sehingga IC6 yang tadinya aktif menjadi nonaktif dan IC5 yang tadinya nonaktif menjadi aktif.
Dengan kata lain, karena terdapat dua keadaan (state) flip-flop masing-
masing
dan , maka saat Decade Counter pertama kali menghitung dari 0 ke 9,
output
aktif (logika 1) dan output nonaktif (logika 0). Akibatnya, output IC6 (74LS145) diaktifkan dan memulai perhitungan dari 0 sampai 9. Saat hitungan telah mencapai sembilan, yang ditandai oleh perubahan kaki clock LS73 dari LOW ke
HIGH, state flip-flop berubah. Output menjadi nonaktif dan output aktif sehingga
output IC5 diaktifkan dan IC5 melanjutkan perhitungan dari 10 sampai 19
Dengan demikian, dalam esensinya rangkaian menghitung dari 1 sampai 10 sebanyak 2 kali berurutan (sekali pada tiap-tiap IC decoder 74LS145), tidak langsung dari 1 sampai 20. Urutan 1 sampai 20 ini kemudian dihubungkan dengan LED yang dirangkai dengan menggabungkan beberapa output IC decoder tersebut menjadi satu sehingga setiap menyala dengan urutan yang sesuai dengan urutan penyalaan lampu lalu lintas yang umum
Timer (IC NE555N)
Clock rangkaian diatur oleh IC Timer 555 yang difungsikan sebagai osilator astabel. Seperti terlihat pada gambar di bawah, terminalclk adalah output/keluaran osilator. Output osilator ini dikendalikan oleh pasangan sebuah resistor variabel VR1, berjenis trimpot (trimmer potentiometer), dan kapasitor elektrolit C1. Dengan menaikkan besarnya hambatan pada VR1 dan/atau kapasitansi pada C1, periode yang dihasilkan menjadi lebih besar atau lama (frekuensinya berkurang). Hal ini terlihat dari perubahan lamanya LED D1 menyala sebagai indikator.
BCD Decade Counter (IC74LS90)
Sebuah IC pembagi 74LS90 membagi keluaran osilator 555 di atas menjadi 10 kode biner 4-bit BCD yang bertambah dari0000 (0 desimal) sampai 1001 (9 desimal), pada keempat kaki-kaki keluarannya (kaki ke-12, 9, 8, dan 11) untuk setiap pergantian keadaan dari 1 ke 0 (high to low transition) padaclock dari output IC timer 555. Perhatikan diagram rangkaian berikut.
GAMBAR RANGKAIAN COUNTER
Jumat, 11 November 2011
PENGERTIAN RELAY ELECTRONIKA
PENGERTIAN RELAY ELECTRONIKA
Posted by ATMAJA'ZRelay adalah komponen elektronika berupa saklar elektronik yang digerakkan oleh arus listrik. Secara prinsip, relai merupakan tuas saklar dengan lilitan kawat pada batang besi (solenoid) di dekatnya
Ketika solenoid dialiri arus listrik, tuas akan tertarik karena adanya gaya magnet yang terjadi pada solenoid sehingga kontak saklar akan menutup. Pada saat arus dihentikan, gaya magnet akan hilang, tuas akan kembali ke posisi semula dan kontak saklar kembali terbuka.Relay biasanya digunakan untuk menggerakkan arus/tegangan yang besar (misalnya peralatan listrik 4 ampere AC 220 V) dengan memakai arus/tegangan yang kecil (misalnya 0.1 ampere 12 Volt DC). Dalam pemakaiannya biasanya relay yang digerakkan dengan arus DC dilengkapi dengan sebuah dioda yang di-paralel dengan lilitannya dan dipasang terbalik yaitu anoda pada tegangan (-) dan katoda pada tegangan (+). Ini bertujuan untuk mengantisipasi sentakan listrik yang terjadi pada saat relay berganti posisi dari on ke off agar tidak merusak komponen di sekitarnya.
Penggunaan relay perlu memperhatikan tegangan pengontrolnya serta kekuatan relay men-switch arus/tegangan. Biasanya ukurannya tertera pada body relay. Misalnya relay 12VDC/4 A 220V, artinya tegangan yang diperlukan sebagai pengontrolnya adalah 12Volt DC dan mampu men-switch arus listrik (maksimal) sebesar 4 ampere pada tegangan 220 Volt. Sebaiknya relay difungsikan 80% saja dari kemampuan maksimalnya agar aman, lebih rendah lagi lebih aman.Relay jenis lain ada yang namanya reedswitch atau relay lidi. Relay jenis ini berupa batang kontak terbuat dari besi pada tabung kaca kecil yang dililitin kawat. Pada saat lilitan kawat dialiri arus, kontak besi tersebut akan menjadi magnet dan saling menempel sehingga menjadi saklar yang on. Ketika arus pada lilitan dihentikan medan magnet hilang dan kontak kembali terbuka (off).
Penemu relay pertama kali adalah Joseph Henry pada tahun 1835.
Langganan:
Postingan (Atom)